Tokoh Logotherapy
Viktor Emil Frankl dilahirkan di
Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi kelas menengah yang
menempuh asimilasi dengan kehidupan masyarakat Austria. Viktor E. Frankl adalah
Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna
Medical School dan guru besar luar biasa bidang logotherapy pada U.S. International
University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga
psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi
individu Alfred Adler), yaitu aliran logotherapy.
Konsep Logotherapy
Logotherapy
berasal dari kata logos (Yunani), yang dapat diartikan sebagai arti dan
semangat. Manusia butuh untuk mencari arti kehidupan mereka dan logoterapi
membantu kliennya dalam pencarian.
Tiga Fungsi Manusia Menurut Logotherapy
1. Kesadaran
dan Ketidaksadaran
2. Hati
Nurani
3. Makna
Tujuan Logotherapy
Logotherapy
bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari
penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat
membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Ada pun tujuan dari logotherapy adalah agar setiap pribadi:
1.
Memahami adanya potensi
dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari
ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
2.
Menyadari bahwa
sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan
terlupakan;
3.
Memanfaatkan daya-daya
tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh
menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih
kualitas hidup yang lebih bermakna.
Hakikat Manusia dalam Logotherapy
Berikut
ini merupakan beberapa pandangan logoterapi terhadap manusia :
1.
Menurut Frankl, manusia
merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas
bio-psiko-spiritual.
2.
Frankl menyatakan bahwa
manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan
kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality”
dalam logotherapy tidak mengandung
konotasi keagamaan karena dimensi ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh
karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic
sebagai padanan dari spirituality,
supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
3.
Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self detachment, yakni dengan sadar
mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya
sendiri.
4.
Manusia adalah makhluk
yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama
manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di
sekitarnya.
Tahapan-tahapan Logotherapy
Ada
empat tahap utama didalam proses konseling logterapi diantaranya adalah:
1.
Tahap perkenalan dan
pembinaan rapport. Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman
untuk konsultasi dengan pembina rapport
yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada
sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak
jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2.
Tahap pengungkapan dan
penjajagan masalah. Pada tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai
masalah yang dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung
membeiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logotherapy konseli sejak awal diarahkan
untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3.
Pada tahap pembahasan
bersama, konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas
masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam
penderitaan.
4.
Tahap evaluasi dan
penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai
bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada
tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup,
penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
Teknik-Teknik Logotherapy
Victor
Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara
teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Teknik Intensi Paradoksal,
yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti
sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap
sesuatu yang ditakuti.
2.
Teknik De-refleksi,
Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian
yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri
sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang
dengan sendirinya.
Daftar
Pustaka
Corey, G.
(2007). Teori dan Praktek Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Gunarsa, S.D.
(2007). Konseling dan psikoterapi.
Jakarta : Gunung Mulia.